BELAJAR KITAB SAMA SEPERTI MATEMATIKA
Sebelumnya kita logikan belajar kitab dengan matematika. Kita tahu sendiri kan, bagaimana rasanya belajar matematika?. Kata netizen sih ya seperti menghadapi persoalan hidup sulit sekali mencari rumus ini, rumus itu dan lain-lain. Tapi ketika Apa yang dihitung dan dicari hasilnya ketemu tentu kita akan bahagia bukan?. Memang awalnya sulit mencari rumus yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang tepat, tapi jika kita sudah tau kuncinya kita kan mudah mendapatkan hasilnya. Yaps sama seperti kita belajar kitab, perasaan bercampur aduk terkadang rasanya mau menangis, ingin menyerah pokoknya tidak ingin terlibat dengan masalah kitab. Alasan capek maknai, ada yang berasalan kapan sih selesainya kitab ini, nanti ujung-ujungnya dibawa kemana?. Padahal penting bagi kita untuk belajar kitab, kenapa demikian?. Karena ketika ada kyai atau ulama yang mengajak kita ke jalan yang intinya harus ikut ke jalan itu padahal jalan yang ditempuh oleh ulama tersebut salah. Apakah kita harus ikut pada ulama tersebut?. Nggak kan, makanya kita harus bisa menguasai kitab agar kita itu tidak terlena atas tipu muslihat orang yang menyesatkan.
Memang belajar memahami kitab itu sulit, tapi semua itu butuh proses agar tujuan kita sukses yang awalnya belajar jurumiyah, kemudian lanjut ke imrithi lalu ke alfiyah dan sampai uqudul juman. Kita tidak bisa dari jurumiyah ke uqudul juman. Karena nggak ada proses instan yang membuat kita langsung menjadi paham dan juga sama dengan matematika tadi, harus ada rumusnya baru mengetahui hasilnya, apabila kita sudah menghasilkan dari rumus tadi dan menemukan jawabannya maka kita akan menjadi tau. Beda dengan yang langsung instan, yang menyontek temannya atau mencari di google kan kita tidak tahu apakah jawaban itu benar atau salah. Hanya ikut-ikutan dan tidak ada dasarnya. Maka dari itu kita harus belajar dari bawah dan terus sampai ke tingkat yang atas.
Jadi bisa kita ketahui bahwa belajar kitab memang lah sulit tapi kesulitan itu lah yang membuat akhir kita menjadi bahagia, contoh kita belajar kitab fikih nanti kedepannya bisa mengetahui hukum fikih, belajar aqidatul awwam nanti dapat menambah keimanan kita kepada Allah, dan memang kita belajar kitab manfaat yang paling bisa kita rasakan ya pada diri kita sendiri yaitu agar tidak terkena tipu muslihat orang dan lain-lain, kemudian manfaat untuk orang lain bisa dengan cara mengamalkan ilmu kita kepada mereka. Sama dengan orang yang menanam padi, orang tersebut rela tubuhnya berkeringat karena terik sinar matahari yang sangat panas. Demi padi yang ditanam agar tetap bertumbuh menjadi beras, tapi bagaimana ketika padi itu menjadi beras. Orang tersebut senang kan bisa untuk dibuat makan, bisa untuk dijual kemudian mendapatkan uang. Memang butuh yang namanya perjuangan agar keinginan yang kita inginkan dapat tercapai.
Selanjutnya bila kita ingin belajar kitab kita harus menata niat terlebih dahulu, jangan cuma ingin saja karena usaha yang maksimal membuahkan hasil yang memuaskan. Banyak kan ulama yang belajar dari pondok, yang belajar dari pagi sampai malam tanpa henti tapi kalau kita lihat akhirnya gimana?. Sukses bukan, dipandang masyarakat ke arah yang positif, ingin berkumpul dengannya karena ilmunya bermanfaat bagi masyarakat. Jadi bisa kita jadikan contoh atau motivasi agar kita selalu semangat dalam belajar kitab. Tetap semangat dan jangan pernah putus asa di jalan yang benar. Ingat, tiada kesuksesan tanpa danya kerja keras.
Dan yang terakhir, belajar kitab itu bisa membuat apa yang kita tidak tau menjadi tau karena sudah dari zaman dahulu kitab itu sudah berisikan masalah zaman sekarang, jadi ulama itu sudah tau apa yang kita alami dan apa yang diprediksi oleh ulama zaman dahulu itu pasti tepat. Maka dari itu jangan lah ragu-ragu untuk mempelajarinya.
Baca juga:
Pentingnya ilmu fikih dalam roda kehidupan
Perbedaan ilmu nahwu dan shorof
Cara memahami kitab level dasar pt 3
Cara memahami kitab level dasar pt 2
Cara memahami kitab level dasar pt 1